Desa Pela: Oase Konservasi di Jantung Tambang KukarMenteri Lingkungan Hidup Tetapkan Desa Pela Jadi Desa Konservasi Pesut Mahakam

$rows[judul] Keterangan Gambar : Kawasan konservasi dan wisata edukatif Desa Pela mendapat dukungan dan pengakuan dari pusat ditandai dengan kunjungan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol, Kamis (3/7).

KOTA BANGUN, KONKLUSI.ID-Di tengah bayang-bayang dominasi industri ekstraktif yang menguasai 77 persen  perekonomian daerah, Desa Pela di Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara (Kukar), menjelma menjadi oase konservasi dan wisata edukatif. Peran strategis ini mendapat pengakuan dari pusat, ditandai dengan kunjungan Menteri Lingkungan Hidup dan Pengendalian Badan Lingkungan Hidup, Hanif Faisol, pada Kamis (3/7).

Kunjungan yang turut didampingi Gubernur Kalimantan Timur Rudi Mas’ud dan Bupati Kukar Aulia Rahman Basri ini menjadi momentum deklarasi Desa Pela sebagai Desa Konservasi Pesut Mahakam dan Wisata Edukatif. Plakat peresmian disingkap sebagai simbol kolaborasi pemerintah pusat dan daerah dalam melestarikan ekosistem Danau Mahakam.

“Kunjungan Menteri menjadi sinyal kuat bahwa pengembangan pariwisata berbasis lingkungan seperti di Desa Pela mendapat perhatian serius dari pusat,” ujar Bupati Aulia dikutip dari laman resmi Pemkab Kukar. Ia berharap momentum ini mendorong percepatan pembangunan di Kukar yang tidak lagi hanya bergantung pada sektor pertambangan, tetapi juga mulai menggeser fokus ke sektor ekonomi hijau.

Desa Pela, yang dihuni sebagian besar nelayan air tawar, telah memulai transformasi ini sejak 2019. Berbekal pesona alamnya—rawa, danau, serta keberadaan Pesut Mahakam—dan kekayaan budaya nelayan, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Bekayuh Baumbai Bebudaya berhasil menyulapnya menjadi desa wisata. Dedikasi ini membuahkan sederet penghargaan, termasuk Kalpataru 2024 dari KLHK, pengakuan dari UNWTO, hingga prestasi di berbagai kompetisi desa wisata nasional.

Bupati Aulia menegaskan bahwa visi pemerintahannya, “Kukar Idaman Terbaik”, memuat misi penguatan fondasi ekonomi baru non-ekstraktif. “Ini adalah tahap penguatan fondasi transformasi ekonomi. Kami menyasar pusat pangan, pariwisata, dan industri hijau,” jelasnya.

Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Dengan wilayah yang kaya migas dan batu bara, transisi ekonomi menuju sektor pariwisata dan pertanian menuntut komitmen kuat dan sinergi berbagai pihak. Sektor pertanian dan kehutanan baru menyumbang 11 persen pendapatan daerah, jauh di bawah kontribusi pertambangan. Keberhasilan Desa Pela menjadi bukti bahwa pergeseran ini bukan hal mustahil.

Kehadiran Menteri Hanif dan jajaran pejabat kementerian menjadi harapan baru bagi warga Pela dan desa-desa sekitarnya untuk mendapatkan dukungan program dan pendanaan yang lebih besar. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci untuk menjaga kelestarian ekosistem dan sumber daya hayati yang unik di kawasan Danau Mahakam, sekaligus menggerakkan perekonomian masyarakat lokal secara berkelanjutan.

Deklarasi Desa Pela sebagai desa konservasi dan wisata edukatif diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Kukar untuk menggali potensi lokal dan menciptakan model pembangunan yang lebih ramah lingkungan, di tengah derasnya arus eksploitasi sumber daya alam. (adv/ara)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)